Description
Caption
“Amarah berawal dengan kegilaan, dan berakhir dengan penyesalan.” Amarah yang memuncak, bisa membuat orang gelap mata. Ketika meledak, ia kehilangan kendali dirinya. Lisan menyemburkan laknat, caci, dan cela. Tangan atau kaki menyakiti orang yang menjadi sasarannya. Sempurnalah keburukannya. Itulah kenapa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita melampiaskan amarah. Sebab amarah adalah pintu seluruh keburukan. Ia berdampak pada fisik dan jiwa pelakunya. Berpotensi besar merusak amal shalihnya.
Allah dan Rasul-Nya mengajari kita menahan amarah. Bukan melampiaskannya. Allah janjikan surga bagi orang yang “menahan amarah dan memaafkan orang lain.” (QS. Ali Imran: 134)
Rasul bersabda, “Orang kuat bukanlah orang yang jago gulat. Orang kuat itu yang mampu mengendalikan diri ketika marah.” (HR. Bukhari Muslim)
Kata Rasul, “Jika kalian marah, hendaknya diam.” (HR. Ahmad). “Jika
kalian marah dalam posisi berdiri, hendaknya duduk, agar amarah
mereda. Jika amarah tak hilang juga, hendaknya berbaring.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Ulama jelaskan bahwa posisi duduk dan berbaring mempersulit tubuh untuk bergerak secara leluasa. Ini memperkecil potensi terjadinya tindak aniaya.
Amarah berakhir dengan sesal dan duka. Terutama ketika dilampiaskan pada orang-orang yang paling berhak mendapat permakluman dan maaf kita.
Orang tua, istri, dan anak misalnya. Apalagi, jika pemicunya bukan sesuatu yang melanggar kehormatan Allah Ta’ala, tapi hanya karena kita tidak sabar pada rengekan mereka. Semoga Allah jaga kita dari keburukan amarah yang meraja….
___
Bacaan:
Ahadits Al-Akhlak, Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr, Dar Al-Imam Muslim, cet. ke-1, hal. 18, 215-229
Insyaallah segera terbit buku: *“Nak Maafkan Bapak” Karya Abun Nada*
Harga 8̶5̶.̶0̶0̶0̶
Harga PO 76.000
Reviews
There are no reviews yet.